Bagi pegiat sastera daerah di Indonesia, kiprah Yayasan Kebudayaan Rancagé dalam pengembangan bahasa ibu tidak diragukan lagi. Yayasan yang didirikan budayawan Indonésia, Ajip Rosidi (1938—2020) ini sejak 1989 memberikan Hadiah Sastera Rancagé untuk buku buku terbaik yang terbit dalam berbagai bahasa daerah. Biasanya sejak tahun 1989, Yayasan Kebudayaan Rancagé selalu mengundang semua peraih hadiah dari berbagai daérah untuk menerima penghargaan berupa piagam dan uang dengan menyelenggarakan acara secara tatap muka.

Namun berbeda dengan tahun ini, Anugerah Sastera Rancagé 2021 akan dilaksanakan secara virtual melalui sambungan Zoom dan Youtube. Titi Surti Nastiti, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancagé mengatakan bahwa tahun ini merupakan penganugerahan Hadiah Sastera Rancagé yang ke 33 kalinya. Artinya, hadiah ini sudah diberikan selama 33 tahun tanpa henti.

“Ada tujuh bahasa daerah yang hingga saat ini diberi Hadiah Sastera Rancagé, yaitu Batak, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan Banjar. Khusus untuk buku dalam Bahasa Sunda, Jawa, dan Bali, penganugerahan Hadiah Sastra Rancage tidak pernah terputus,” ungkap Titi. Menurut Titi, menjaga kesinambungan pemberian Hadiah Sastera Rancagé bukan perkara mudah.

Buktinya, di Indonesia belum ada lembaga yang mampu menyelenggarakan pemberian hadiah sastera lebih dari seperempat abad tanpa terputus. Konsistensi Hadiah Sastera Rancagé di antaranya berkat komitmen Ajip Rosidi yang tak sungkan mengeluarkan uang pribadi demi kemajuan kebudayaan daerah. “Sepeninggal Bapak (Ajip Rosidi) pada 29 Juli 2020, banyak yang bertanya apakah Hadiah Sastera Rancagé akan dihentikan? Kami jawab tidak, karena kegiatan ini merupakan salah satu wasiat almarhum.

Hadiah Sastera Rancagé akan terus diberikan kecuali tidak ada lagi buku sastera daerah yang terbit. Kami sangat berterima kasih kepada PANDI yang telah memfasilitasi kegiatan ini, sehingga masih bisa terselenggara secara online di tahun ini,” sambung Titi. Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo menyatakan soal dukungan PANDI terhadap kegiatan ini. Segala bentuk kegiatan dalam rangka mendukung kebudayaan di Indonesia harus tetap dilakukan agar dapat terus berjalan ditengah situasi Pandemi saat ini.

“Demikian pentingnya sastra dan bahasa daerah yang kita miliki, PANDI berkomitmen mendukung acara ini dan siap memfasilitasi dari aspek teknis. Jika melihat potensinya, maka sudah saatnya bahasa daerah dicantumkan pada ISO 3611 agar mempermudah PANDI dalam melakukan proses digitalisasi aksara nusantara yang saat ini sedang kami upayakan,” ujar Yudho. Menurut Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, di balik kegiatan itu, terselip harapan kiranya pemerintah, baik pusat maupun daerah, menaruh perhatian lebih besar terhadap kegiatan “Rancagé.

“Bagaimanapun pemerintah memiliki kewajiban memelihara bahasa dan kebudayaan daerah sebagaimana diamanatkan Pasal 36 UUD 1945. Namun, sambung Erry hal ini bukan berarti para pengurus mengharap belas kasih pemerintah. “Pengurus tidak menuntut agar kegiatan Hadiah Sastera Rancagé masuk ke dalam APBN atau APBD. Bukan, sebab Yayasan Kebudayaan Rancagé lebih mengandalkan dan mempercayai prinsip kemandirian, prinsip independensi, dan peran serta masyarakat."

"Rancage tidak akan melakukan ketergantungan semacam itu, yang justru dapat mengancam kelancaran kiprah ‘Rancagé’,” kata Erry. Eri berpendapat, yang diperlukan untuk memelihara bahasa dan sastra daerah adalah perhatian pemerintah dalam bentuk tanggapan nyata. Misalnya, membuat legislasi guna memperkokoh fungsi bahasa daerah dengan menjadikannya sebagai bahasa ibu serta bahasa pengantar minimal di PAUD, TK, dan SD/MI, serta sigap membantu agar karya sastera pemenang ‘Rancagé’ dapat dimanfaatkan, dibaca, dan diapresiasi oleh masyarakat luas. Hingga tahun ini, Yayasan Kebudayaan Rancagé sudah mengumumkan 122 judul buku sastra daerah terbaik peraih Hadiah Sastera “Rancagé”. Selain itu, “Rancagé” juga memberikan Hadiah Samsudi untuk buku cerita anak anak, khusus dalam bahasa Sunda.

Anugerah Sastera Rancagé tahun ini akan digelar Minggu, 31 Januari 2021, mulai pukul 14.00. Selain Erry Riyana Hardjapamekas sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancagé, juga akan ada sambutan dari Bapak Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dan Bapak Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud). S Yayasan Rancagé juga mengundang para juri, penerbit buku, pengarang dan pegiat sastera daerah dari seluruh wilayah di Indonesia.

Tags